"SI
PEMULUNG"
Tema: Menghargai Perbedaan
Tokoh:
- M. Farkhan sebagai
pemulung, pekerja keras, pantang menyerah, jujur, mudah marah, tidak
bersekolah.
-Hilmi Alfa sebagai pemulung , pendiam, pemalu, penakut,
mudah menyerah, jujur, mudah tersinggung, dan rambut berponi.
- Tasya Lifa sebagai teman sekelas Hilmi, kaya, manja,
sombong,suka mengejek, suka pamer.
- Anis Tasya sebagai ibu dari Tasya, sombong, kaya, suka mengejek.
- Astri sebagai teman sekelas Hilmi dan Tasya, sombong suka
mengejek, berbadan pendek dan kurus.
- Jihan Vadini sebagai wali kelas Hilmi, Tasya, Astri, baik
hati, suka menolong, rajin, rendah hati, bijaksana, adil.
Adegan 1
Pagi itu
seorang anak laki-laki berjalan menuju sebuah pintu. Ia membukanya dan memasuki
sebuah ruangan, di dalamnya terdapat
sebuah meja di sudut, lembaran koran yang terletak di sampingnya, dan
sebuah tungku di dekat tumpukan sampah di sudut lainnya.
Farkhan
: (terbangun dari balik lembaran koran) “Lho, dek?”
Hilmi : (menutup pintu, menghampiri Farkhan)
Farkhan :
“Kenapa kamu tidak sekolah?”
Hilmi :
(melepaskan tas dengan mata berkaca-kaca, kepalanya tertunduk sambil memeluk
tas, ia hanya bisa menjawab pertanyaan kakaknya dengan gelengan)
Farkhan :
“Hilmi, ayo cerita pada kakak.” (suaranya lembut membujuk sambil memegang dahu Hilmi
agar wajah mereka berhadapan)
Hilmi :
“Tadi” (melepaskan tangan Farkhan) “bu guru menyuruhku pulang” (menarik nafas)
“masalah SPP, kak”(memandang Farkhan)
Farkhan
: “ oh, ya sudah. Kamu sabar saja”(menepuk pundak Hilmi) “Nanti kakak
akan mencari sampah yang lebih banyak lagi”(tersenyum)
Hilmi :
(tersenyum) “Iya,Kak. Nanti Hilmi Bantu ,ya?”
Adegan 2
Di dekat
pusat perbelanjaan, Farkhan dan Hilmi memakai baju compang-camping. Mereka
mengais tong sampah di depan pintu masuk.
Hilmi
: “Kak, ini surga sampah buat kita" (tersenyum, mengangkat sampah)
Farkhan :
“Haha, iya! Ayo, semangat dek! (mengasih sampah)
Tiba-tiba
Tasya dan ibunya keluar dari pintu mall.
Tasya :
“Haa? (menutup mulut, terkejut)
Anis :
“Kenapa nak?”
Tasya
: “I...i..itu kan, itu kan temen sekolahku ma” (menunjuk Hilmi)
Anis :
“Apa??!! Ayo kita datangi!” (menggandeng tangan Tasya, mengajaknya ke tempat Farkhan
dan Hilmi)
Tasya :
“Heyy, Hilmi.. main apa tuh?” (tertawa dengan nada mengejek)
Anis : “Kamu
kenal sama gembel ini?” (bertolak pinggang)
Tasya
: “Hahahahah... huahahaha.. hahahahaha” (tertawa seperti orang gila)
Farkhan
: “Siapa mereka, Dek?”
Hilmi
: (melempar karung sampahnya, lari meninggalkan Farkhan dan mengejarnya)
Adegan 3
Di gang
kecil yang gelap nan sepi.
Farkhan
: (Menarik tangan Hilmi, menghentikannya) “Kamu kenapa, Hilmi?”
Hilmi :
(Menangis) “Huhuhuhuhuhuhu, aku malu, kak.” (sesenggukan)
Farkhan : “Kamu yang sabar, hidup itu
adalah perjuangan. Don’t be weak boy... Kamu
sekolah untuk belajar. Ingat itu! Kakak bekerja seperti ini , supaya
nanti kamu bisa jadi orang gede” (merentangkan tangan) “Suatu hari kita akan
jadi orang kaya, Dek!” (menggenggam tangan Hilmi)
Hilmi
: (Mengangguk lalu menghapus air mata dan tersenyum).
Adegan 4
Di ruang
kelas, ada dua buah papan tulis, hitam dan putih, tiga buah bangku untuk guru.
Seorang anak pemalu duduk diam menatap buku pelajaran Matematika. Tidak
terganggu dengan suara-suara bising disekitarnya. Lalu bel berbunyi, sang guru
memasuki ruang kelas.
Jihan
: “Selamat pagi anak-anak....!”
Anak-anak :
“Pagi, bu guru...!!!”
Jihan : “Apa kabar anak-anak?”
Anak-anak :
“Baik, bu guru!”
Jihan :
“Sudah-sudah, ayo kita mulai pelajaran hari ini.” (meletakkan tas di meja guru)
Anak-anak :
“Iya, bu guru...!”
Jihan : “Sudah!”
(mulai kesal) “Sekarang semua buku dimasukkan, keluarkan kertas dan alat tulis! Hari ini
ulangan.”
Anak-anak :
“Yaaaaahhhh.... (mengeluh, mengeluarkan
kertas dan alat tulis)
Menit demi
menit berlalu. Jihan berjalan hilir mudik di kelas, mengawasi muridnya. Bel
istirahat berbunyi, tanda ulangan sudah berakhir.
Jihan :
“Sudah, ayo kumpulkan!”
(menghampiri muridnya satu persatu. Mengambil jawaban soal
dari mereka, berjalan keluar ruangan)
Tasya
: (berdiri di atas meja) “Pengumuman, teman-teman! (berteriak)
Hilmi
: (bangkit dari kursi lalu berdiri hendak keluar kelas)
Tasya
: “Tunggu! (menghentikan Hilmi).
Hilmi
: (menghentikan langkahnya).
Tasya
: “Kembali ke tempat dudukmu!” (menunjuk Himi dan berbicara dengan nada
memerintah)
Hilmi
: (kembali ke tempat duduknya)
Tasya
: “Nah,dengarkanlah!!” (memandang berkeliling ke ruangan) “Kemarin,”
(tersenyum) “Aku melihat seorang pemulung. Ia bersama salah seorang dari kita,
lho...” (masih terseenyum).
Astri : “Apaa...?? Yang bener? Emang siapa Sya? (penasaran)
Tasya : “Mau tau?” (menatap Astri)
Astri
: (mengangguk)
Tasya : “ Tuh, anaknya” (menunjuk Hilmi) “Ternyata
ada gembel di sekolah kita.”
Anak-anak :
(tertawa terbahak-bahak, Hilmi tetap menunduk)
Astri
: “hahaha. Gembel,gembeel,gembel..!” (mengejek Hilmi, menjulurkan
lidahnya di depan Hilmi)
Tasya : “Dasar gembel! Gembel lu!! Ngapain sekolah
di sini? Pulang sana! Cuma gembel, berani-beraninya masuk ke sekolah ini...
Wuuuuu!!” (berteriak sambil menendang meja Hilmi) (Suasana kelas masih ramai
dengan tawa riuh anak-anak)
Adegan 5
Di ruang guru, Jihan sedang menghadap layar komputernya
sambil mengetik.Sesekali ia membuka tumpukan buku dihadapannya.Tiba-tiba
terdengar ketukan pintu dari luar.
Jihan : “Silahkan masuk.”(menclongak,pintu
terbuka)
Farkhan : “Permisi,Bu Guru.”
Jihan : “Oooh….”(berdiri karena terkejut).
Farkhan
: “Maaf,mungkin Bu Guru terkejut dengan penampilan saya.Tapi saya hanya
ingin membayar uang
SPP.”
Jihan : “Ma..maaf,saya tidak
bermaksud”(tergagap)”silahkan duduk”(memandang ke arah kursi di depan mejanya.)
Farkhan
: (duduk di tempat yang sudah dipersilahkan).
Jihan :
(duduk di tempat duduknya).
Farkhan
: “Ini,Bu”(menyerahkan beberapa lembar uang kertas dan banyak uang
receh).”Jumlahnya pas dua ratus
ribu.Sejumlah uang yang harus saya bayarkan
untuk SPP Hilmi selama empat bulan.”
Jihan :
“Anda siapanya Hilmi,Nak?” (memandang dengan ingin tahu)
Farkhan
: “Saya kakaknya, nama saya Farkhan, Bu.” (mengajak bersalaman sambil
tersenyum lebar)
Jihan :
“Oh, ya. Saya wali kelasnya Hilmi, panggil saja Jihan.” (bersalaman)
“Sebelumnya maaf, tapi apa kamu tidak sekolah ?”
Farkhan : (menggeleng, hening sejenak)
Jihan :
“Emm,apa tidak ada keluarga lagi? Ma..maksud saya selain orang tua kalian…”
Farkhan
: “Tidak,Bu.Sepeninggal orang tua kami,kami hanya hidup berdua. Yah,juga
dibantu teman-teman sesama pemulung lainnya tentunya.”(tersenyum)
Jihan :
“(mengangguk-angguk)”Memangnya kalian tinggal dimana,Nak…?”(tersenyum)
Farkhan
: “Oh,itu Bu…Di bawah jembatan.Dekat sungai Mambu,rumah kami hanya
berjarak dua belas langkah dari rumah gedhek warna merah muda.Kalau ibu Guru ke
sana…Ibu tinggal tanya,’dimana rumah Farkhan dan Hilmi ?’ Tapi nggak sulit kok
bu.Soalnya di depan rumah kami sampahnya banyak sekali.”
Jihan :
“Wah,kamu giat sekali ya,Nak”(tersenyum)
“Baiklah,ini uangnya saya simpan
dulu”(mengambil uang di meja,memasukkannya di dalam laci).
Farkhan
: “Boleh saya keluar?.”(melirik ke arah pintu)
Jihan :”Ya,mari
saya antar.”(berdiri mengantar Pono keluar)
Adegan 6
Jihan dan Farkhan berjalan keluar dari ruangan guru.Mereka
menuju ke halaman sekolah. Saat itu,waktu menunjukkan saat anak-anak pulang
sekolah.Terlihat sejumlah murid yangberlari-lari.Hilmii ada di antara
mereka,hanya berjalan menunduk.
Farkhan : “Hilmi !” (berlari bersama Jihan menghampiri Hilmi) “Ayo pulang bareng !” (menggandeng tangan Hilmi)
Hilmi : (menampik tangan Farkhan)
Jihan :
“Hilmi….kamu kenapa?”(memegang bahu Hilmi, tiba-tiba datanglah Tasya dan Astri)
Tasya
: “Teman-teman,lihat ada pemulung!”(menunjuk ke arah Farkhan, Hilmi, dan
Jihan)
Astri
: “Mana-mana ?”(menoleh kesana-kemari).”Oh,itu….Hahaha!”
Farkhan
: “Hilmi,ada apa ini?”(memegang bahu Hilmi).
Hilmi
: (menampiknya) “Jangan sentuh aku !”
Astri
: “Wah,si gembel malu nih punya kakak gembel.Padahal kan kalau
sama-sama gembel kan cocok…Ngapain
sih?Dasar,euhh…Gembel lu,gembel-bel-bel-bel-bel bel!”
Jihan :
“Astri!”(menatap dengan marah).
Tasya
: “Alah,Bu…Itu kan kenyataan!”(tertawa)”Yang namanya gembel itu nggak
pantes sekolah sama orang kaya seperti kita!”
Farkhan
: “Hei,bocah ingusan!Jaga omonganmu!!Kamu pikir kamu siapa?!”(hendak
memukul)
Hilmi
: “Stooopp!!”(berteriak)”Aku benci jadi orang miskin!Kenapa semua
orang megejekku? Apa salah jika aku
dilahirkan sebagai orang miskin? Toh,aku juga
nggak mencuriapapun dari kalian”(terengah-engah,hendak menangis).
Astri
: “Yaah,memang , tapi itu bukan urusanku…”
Tasya
: “Salah sendiri jadi orang miskin!”
Jihan :
“Cukup!! Tasya,kamu sudah keterlaluan. Sekarang kamu dan Astri ikut tempat saya
ke kantor. Farkhan, bawa adikmu pulang.”
Adegan 7
Di kantor Jihan, Anis,sedang berhadapan dengan Jihan.Sedangkan
Tasya dan Astri menjalani hukuman mereka.Mereka berdiri dengan satu kaki dan
kedua tangan memegang telinga.
Anis :
“Apa-apaan ini? Saya tidak terima anak saya dibeginikan.”(bertolak pinggang)
Jihan :
“Itu resiko”(bersendekap).
Anis :
“Apa salahnya jika dia berkata sebenarnya? Sekolah ini mengutamakan, kejujuran,kan? Apa jadinya Bu…”(berbicara
dengan cepat”).
Jihan :
“Cukup bu!”(mengela pembicaraan)
Anis :
“Huh”(mendengus, mengipasi tubuhnya).
Jihan :
“Anda tahu,bahwa menghargai orang lain itu perlu.Tapi anda tidak mengujarkan
hal ini pada Tasya. Ia rusak kerena Anda.
Anis : “Hanya itu?”
Jihan :
“Hanya itu,saya hanya ingin bilang, Hilmi itu lebih tangguh dari anak anda
yang cengeng itu.Jika anda mau tahu
siapa harapan bangsa ini.. Hilmi lah orangnya. Permisi.”(berjalan keluar
meninggalkan ruangan).
Anis :
(menoleh ke arah Tasya,diam sejenak) “Tasya,besok kamu harus minta maaf pada
pemulung itu.Ayo pulang”(menggandeng tangan Tasya,keluar ruangan)
Astri
: “Lho,Tante….Aku gimana?”(mengejar mereka).
Adegan 8
Sudah dua minggu lebih Hilmi tidak masuk sekolah.Ia hanya
melakukan tugasnya sebagai pemulung.Kadangkala Jihan memergokinya sedang
mengumpulkan sampah. Tapi ia hanya berlari.Menolak untuk bertemu.
Jihan :
“Hilmi!!!”
Hilmi
: (berlari pergi)
Di kelas Jihan kebingungan,Ia hanya mengajar seadanya tanpa
diselingi nasehat-nasehat yang biasa ia tuturkan pada anak-anak.Sikapnya dingin
kepada Tasya dan Astri.
Tasya
: “Bu Guru…”
Jihan :
(meghindar,pura-pura tidak dengar)
Astri
: “Kami minta maaf.Maaf,Bu,…”
Jihan :
(menoleh)
Tasya
: “Kami sadar kalau kami salah.Kami juga akan minta maaf pada Hilmii.
Mama bilang,
ia mau membiayai sekolah Hilmi dan kakaknya. Asalkan,mereka diizinkan tinggal
bersama ibu.”
Jihan :
“Benarkah ?”
Tasya dan Astri
: (mengangguk).
Jihan :
(merangkul mereka) “Kalian baik sekali…Ayo,nanti kta ke rumah Hilmi” (tersenyum sumringah).
Adegan 9
Di depan rumahnya, Hilmi sedang duduk sendiri,ia membuat
kerajinan dari botol plastik bekas.
Hilmi : “Wah,bosan aku…Di rumah.nggak sekolah.Mau
ikut kaka,tapi tak diizinkan. Kapan kakak pulang ya? Kasihan kakak,ia
pastilelah.Ya Tuhan.. Aku sayang Kak Farkhan.”(berguman sendiri sambil
menggunting botol plastik).
Astri
: “Assalamu’alaikum !”(tiba-tiba datang)
Hilmi
: “Ka…kalian,kakak juga.Apa yang kalian lakukan disini?”(ketakutan)
Farkhan : “Tenang,Dik”(tersenyum)
Tasya
: “Maafkan kami,kami salah.”
Anis :
“Iya,Nak. Maafkan Tante juga ya?” (menghampiri Hilmi)
Jihan :
“Kami membawa kabar gembira untukmu.”
Anis :
“Mulai sekarang,Tante yang akan membiayai hidup kamu,juga kakakmu.” (menoleh ke
arah Farkhan) “Kalian bisa sekolah,tanpa harus jadi pemulung lagi.”
Jihan :
“Ya,kalian akan tinggal bersama saya.”
Hilmi : “Benarkah?”(menoleh ke
kakaknya)
Farkhan
: (menganggguk dan tersenyum)
Hilmi
: “Tapi kenapa?Kalian kan membenciku..”
Astri
: “Maaf,kami sadar kalau kami salah,Hilmi…Tapi kami ingin belajar
berteman denganmu.”(menghampiri Hilmi)
Tasya
: “Ya,kan semboyan bangsa kita adalah Bhinneka Tunggal Ika,meski
berbedakita tetap satu. Maafkan aku ya?”(berlutut di dekat Hilmi)
Hilmi
: (memandang Farkhan)
Jihan :
“Farkhan,ayo sini”(menunjuk tempat di sebelahnya)
Farkhan
: (menghampiri Jihan)
Anis :
“Kalian mau kan,kalau mulai sekarang kita berdamai? Dan menjadi keluarga?”
(memandang Farkhan dan Hilmi satu persatu)
Jihan :
“Ah,terimakasih Tuhan”
~SELESAI~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar