Tradisi
Islam Nusantara
A. Seni
Budaya Lokal sebagai Bagian dari Tradisi Islam
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta
buddhayah ysng merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal).
Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal.
Menurut
pendapat Melville, Edward B. Taylor, menyatakan bahwa kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, di dalamnya terdapat pengetahuan/pemukiran,
kepercayaan/religi, kesenian, moral, hokum,adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Seni
atau kesenian termasuk bagian dari kebudayaan. Di antaranya perwujudan
kebudayaan yang lain adalah pola piker dan perilaku manusia, bahasa, peralatan
hidup, , dan organisasi social yang semua itu ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan masyarakat.
Tradisi
adalah adat kebiasaan yang turun-temurun dari nenek moyang yang masih
dijalankan masyarakat. Adapun tradisi Islam adalah suatu adat kebiasaan yang di
dalamnya terdapat nilai-nilai agama Islam.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa seni dan kebudayaan Islam yang berkembang di seluruh
kepulauan Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan yang sudah
lama berada di kesukuan tersebut. Selain itu, kebudayaan Islam di Indonesia
berkembang setelah terjadi akulturasi (percampuran dua kebudayaan atau lebih
yang saling bertemu dan saling mempengaruhi)dengan kebudayaan saat itu.
Contohnya adat Makeuta dari Sumatra,
yaitu adat yang berlaku di kalngan masyarakat yang merupakan hasil perpaduan
antara adat lokal yang telah berlaku sejak nenek moyang mayarakat Aceh dengan
adat yang didasari nilai-nilai agama Islam. Contoh lain adalah kesenian wayang
kulit di Jawa. Kesenian wayang yang pertama kali dilakukan oleh Sunan Kalijaga
merupakan perpaduan antara kisah wayang yang menceritakan tentang tokoh para
dewa dengan nilai-nilai Islam.
Berikut
adalah budaya lokal yang merupakan tradisi Islam.
1.
Upacara Grebeg
Grebek berasal dari kata grebe, gerbeg. Kata dalam bahasa Jawa anggrebeg
yang bermaknya menggiring raja, pembesar, atau pengantin. Grebeg Kraton
Kesultanan Yogyakarta pertama kali diadakan oleh Sultan Hamengkubowono I dengan
mengeluarkan hajat dengan berupa gunungan lanang, gunungan wadon, gunungan
gepak, dan gunungan kutug/bromo. Grebeg dalam 1 tahun diadakan tiga kali, yaitu
:
a.
Grebeg poso/Syawal/bakdo yang diadakan setiap
tanggal 1 Syawal (Idul Fitri) yang bertujuan menghormati bulan suci Ramadhan
dan malam lailatul qadar.
b.
Grebeg besar yang diadakan pada tanggal 10
Zulhijah bertujuan untuk merayakan Idul Adha.
c.
Grebeg Maulud yang diadakan pada tanggal 12
Rabiul Awal bertujuan untuk memperingati Maulud/kelahiran Nabi Muhammad saw.
Selain Yogyakarta.Kota Demak,
Surakarta, dan Cirebon juga merayakan tradisi grebeg ini.
2.
Gamelan Sekaten
Gamelan Jawa pertama kali dibawakan oleh Sunan Bonang dalam rangka menyebarkan agama Islam untuk
menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan Jawa yang menggemari wayang dan musik
gamelan. Oleh karena itu, ia menciuptakan gending-gending Jawa yang memiliki
nilai-nilai Islam. Setiap bait lagu diselingi ucapan dua kalimat syahadat
(syahadatin) sehinga musik gamelan yang mengiringinya dikenal dengan istilah
sekaten.
3.
Perhitungan Tahun Caka (Saka)
Sejak abad ke-8 M di Jawa sudah ada kerajaan Hindu-Jawa yang menggunakan
perhitungan waktu dengan menggunakan
system angka menurut saka. Akan tetapi, setelah datangnya Islam pada bad ke-16
M kerajaan-kerajaan di Jawa mulai menggunakan system penanggalan Arab yang
disebut tahun Hijriah. Tahun Hijriah diberlakukan di Jawa pada masa itu karena
kerajaan-kerajaan Islam harus menyamakan dengan peringatan-peringatan penting
dalam agama Islam, seperti idul Fitri setiap tanggal 1 Syawal, Idul Adha 10 Zulhijah, dan Maulud
Nabi Muhammad saw. 12 Rabiul Awal.
4.
Pesta Tabuik
Di Sumatra terdapat suatu pertunjukan berbentuk prosesi benda ritual yang
yang dinamakan tabuik. Upacara ini diadakan
untuk memperingati gugurnya pahlawan Islam yang bernama Husein bin Ali (cucu
Nabi Muhammad saw.). Husein gugur pada saat mempertahankan haknya sebagai pewaris
tahta khalifah Syiah yang direbut oleh Raja Yazid dari Bani Umayah.
5.
Panah Kalimasada
Dalam pewayangan kalimasada
adalah senjata pusakanya Prabu Puntadewa, Raja Amarta. Setelah Islam masuk
melalui peran Wali Sanga (Sunan Kalijaga), kalimasada digunakan sebagai media
dakwah. Kalimasada tersebut berisikan kalimat syahadat sebagai ajaran tauhid
Islam dalam cerita pewayangan. Adapun tokoh yang menjadi teladan dalam cerita
tersebut adalah Puntadewa yang berhati bersih dan suci.
6.
Nicitruti, Nitisastra, dan Astabrata
Nicitruti,
Nitisasatra, dan Astabrata adalah karya sastra Jawa berbentuk pantun
yang
berisi tentang nasihat atau akhlak yang
baik.
7.
Kesenian-Kesenian Trasdisional
Dalam penyebaran agama Islam, seni merupakan salah satu media yang
digunakan untuk menarik masyarakat. Contohnya gambang kromong dan orkes gambus
dari Betawie.
Selain kesenian yang menjadi peninggalan, masjid juga merupakan kebudayaan
Islam. Berikut masjid peninggalan budaya Islam pada beberapa daerah di
Indonesia :
1.
Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman merupakan masjid terindah di Asia Tenggara yang
terletak di NAD. Masjid ini merupakan peninggalan Kerajaan Aceh.
Satu-satunya peninggalan kuno di Banten yang masih berdiri kokoh di
banten adalah Masjid Agung Banten yang didirikan pada 5 Zulhijjah 966 H pada
Masa Pemerintahan Sultan
Maulana Hasanuddin.
Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman-Demak, Jawa Tengah. Demak
adalah kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Selain sebagai pusat pemerintahan,
Demak juga menjadi pusat kegiatan dakwah para wali songo pada masa pemerintahan
Raden Fatah.
B. Apresiasi
terhadap Tradisi dan Upacara Adat Kesukuan Nusantara
Dalam menjalankan ajaran Islam,
terkadang seseorang memiliki tradisi atau kebiassan yang berbeda antar satu
daerah dengan daerah yang lainnya. Bercampurnya agama Islam dilakukan dengan
cara sbb:
1. Perkawinan
Dalam pelaksanaan akad nikah
biasanya dilakukan dengan mengikuti syariat Islam, tetapi dalam hal upacara
atauwalimah banyak terpengaruh oleh adat istiadat setempat,contoh:
a. Setelah
selesai akad nikah, kedua mempelai disuruh bersanding lalu diadakan upacara
saweran
b. Selesai
upacara saweran, pengantin lelaki disuruh menginjak telor ayam dan sepotong
bambu kecil. Telur dan bambu kecil diinjak bersamaan.
c. Setelah
selesai upacara walimahan dan membaca do’a, kedua mempelai diberi nasi untuk
dimakan bersama.
2. Kelahiran
Dalam adat istiadat nenek moyang
terdapat tradisi selamatan 4 bulan dan nujuh bulanan yang berasal dari
kebudayaan Hindu. Tetapi Islam tidak melarang adat itu karena dibarengi dengan
membaca ayat suci Al-Qur’an.
Artinya :
“Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik. [QS. al-Mukminun (23):12-14]”
3.
Kematian
Dalam ajaran Islam bila ada seseorang
meninggal dunia, kewajiban yang hidup, antara lain memandikan, mangkafani,
melayatkan, dan memakamkan. Selain itu ada hal-hal yang dilakukan saat upacara
pemakaman, seperti bacaan talkin yang
bertujuan agar manusia yang hidup khususnya pengantar jenazah sadar bahwa ia akan
mengalami kematian.
Ada tambahannya yang diambil dari
agama Kebudayaan Hindu, tetapi diisi dengan membaca tayyibah ( tahlilan ) dan doa bagi yang meningggal dunia. Tradisi
ini disebut dengan selamatan 7 hari berturut-turut kemuduan 40 hari, dan 100 hari.
trims buat infonya.....:)
BalasHapussungguh bermanfaat
BalasHapusSangat bermanfaat bagi saya
BalasHapus